Laman ini berisi kumpulan macam-macam berita, yang diambil dari koran di Indonesia. Karena isi-nya bermacam-macam berita, jadi nggak fokus ke satu hal saja. Bisa berita kriminal, ekonomi atau lain sebagainya.

ReadBud

Sabtu, 19 Maret 2011

Panik Massal Bom Sibukkan Gegana : Teroris Mulai Mengincar Instalasi Vital

JAKARTA - Kelompok bom buku pasti senang luar biasa. Dengan modal sedikit, kepanikan sebagai tujuan teror tercapai di Ibukota. Hingga tadi malam, setidaknya ada tujuh laporan bom dari warga yang ternyata palsu.

Namun, meski tahu kalau palsu, pasukan Jihandak (penjinak bahan peledak) Gegana tetap meledakkan paket itu. Di antaranya paket berupa sepatu bermerek Tremor di Condet, Jakarta Timur. Juga, paket buku untuk warga di jalan Metro Kencana Pondok Indah.

Satu yang benar-benar terkonfirmasi sebagai bom, diletakkan di perumahan Kota Wisata Bogor. Paket mencurigakan ditemukan sekitar pukul 09.30 WIB oleh tukang sapu Perumahan Kota Wisata, bernama Mini, di klaster 55 yang berjarak 1 kilometer dari pintu masuk Perumahan Kota Wisata. Paket mencurigakan itu berupa kotak yang dililit lakban coklat dengan tulisan "Ini Bom" dan "Allahuakbar" di bagian luarnya.

Tukang sapu tersebut melapor ke petugas keamanan kompleks yang langsung mengecek bungkusan itu. Merasa curiga, petugas keamanan melapor ke Polsek Gunung Putri. Sekitar 10 menit kemudian polisi datang ke lokasi. Khawatir paket itu berisi bom sungguhan, petugas polisi akhirnya melapor ke Polda Jawa Barat.

Sekitar pukul 10.00 WIB petugas Jihandak datang ke lokasi, membawa paket mencurigakan itu menjauh dari pemukiman penduduk. Paket dibawa ke lapangan Kampung China yang berjarak 3 kilometer dari lokasi semula. Tapi, belum sempat dijinakkan, paket yang diduga kuat berisi bom itu meledak sendiri sekitar pukul 11.30 WIB.

Kapolres Bogor AKBP Dadang Rahardja memastikan paket itu adalah bom. "Karena meledak sebelum dilakukan disposal analisis awal menggunakan timer," kata Dadang.

Bom dengan timer ini berbeda teknik dengan bom buku yang menggunakan trigger (pemantik) picu. Bom buku tidak akan meledak jika pemantik itu tidak dikotak katik. "Petugas juga menemukan bahan logam," katanya.

Sumber Jawa Pos di lapangan menyebut meski menggunakan timer, namun rangkaian bom itu sama. "Juga menggunakan bahan potassium chlorat dan low exsplosive," katanya.

Namun, karena meledak lebih awal maka rangkaian tidak diketahui secara detail. "Tapi, dari penempatan bom itu, menunjukkan teroris mulai mengincar objek vital. Sebab , itu di dekat gardu listrik dan jika meledak maka satu Bogor bisa padam," katanya.

Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Kombes Boy Rafli Amar menjelaskan penyelidikan secara serius sedang dilakukan untuk mengetahui jaringan ini. Dimulai dari penyusuran kurir buku yang mengantar bom ke Ulil Abshar Abdala.

Ciri-ciri fisik kurir itu, yakni tinggi sekitar 165 cm, bertubuh sedang, kulit sawo matang, berjenggot tipis, dan berusia sekitar 30 tahun. Saat mengantarkan paket, pria itu mengenakan jaket berwarna gelap dan memakai topi.

Boy mengatakan, pihaknya berharap agar masyarakat melapor ke kepolisian terdekat jika melihat atau mengenali pria itu. "Polri sangat harapkan adanya partisipasi masyarakat untuk mempersempit ruang gerak mereka," ucapnya.

Untuk saat ini, kata Boy, pihaknya belum berencana menyebar salinan sketsa wajah ke berbagai lokasi strategis. "Sementara ini, kita masih minta bantuan media," kata dia.

Boy juga meminta masyarakat tidak panik. "Tetap tenang, dan tidak terpengaruh dengan isu-isu yang tidak bertanggung jawab," katanya.

Kekhawatiran akibat ancaman bom ke beberapa individu belakangan ini sudah benar-benar meluas. Meski ternyata terbukti bukan paket bom, salah seorang Wakil Ketua DPR RI Taufik Kurniawan, sempat mencurigai kiriman paket buku dari orang yang tidak dia kenal di kantornya, Gedung Nusantara III DPR Lantai 4, Senayan, Jakarta, kemarin.

"Setelah diteliti oleh tim gegana, sudah disimpulkan tidak ada bom dalam paket yang di temukan di DPR. Isinya murni buku, ada sepuluh buku," kata Kapolresto Jakarta Pusat Kombes Pol Hamidin ketika dihubungi, kemarin (18/3).

Walaupun bukan bom, dugaan adanya paket bom itu sempat mengejutkan DPR. Keberadaannya diketahui pertama kali oleh Naril, staf dari Taufik sekitar pukul 16.00 WIB. Ketika akan berkemas pulang, Naril melihat sebuah paket terbungkus amplop putih yang dikirim melalui jasa pengiriman TIKI.

Paket itu sudah berada di atas meja kerja Taufik. Naril yang merasa curiga atas bentuk fisik paket itu menanyakan kepada Novi. Novi sendiri adalah staf Setjen DPR RI yang salah satu tugasnya menerima paket kiriman.

Dari resi pengiriman, diketahui bahwa pengirim paket bernama Iwan Sustiawan dan mengatasnamakan Lembaga Penelitian dan Pengkajian Indonesia (LPPI), beralamat di Jalan Tambak No 20 D, Pegangsaan Jakarta Pusat. Paket seberat lima kilogram itu, berisi buku yang berjudul Jejak Hitam Tentang Ahmadiyah.

Merasa masih curiga, Naril lantas melaporkan paket itu kepada Pengamanan Dalam (Pamdal) DPR RI. Pamdal kemudian meneruskan kepada PAM Obvit yang mengontak tim gegana Polda Metro Jaya. Pada pukul 17.17 WIB, dua tim gegana tiba di tempat kejadian perkara di lantai empat ruang pimpinan DPR. Tim gegana juga mensterilkan ruang lobi DPR RI sebagai lokasi disposal paket yang diduga bom itu.

Sekitar pukul 17.30 WIB, tim gegana dengan perlengkapannya langsung menuju lantai empat DPR RI. Sekitar 20 menit kemudian, tim Gegana sudah membawa paket itu ke bom blanket. Kemudian, tim gegana memasukkan paket itu ke dalam tong bom, untuk langsung dibawa ke tempat aman. Tim gegana pun kemudian melakukan penyisiran demi mensterilkan lokasi, demi mengantisipasi tidak ada paket serupa.

Taufik Kurniawan sendiri mengharapkan kedepannya pengawasan terhadap berbagai paket seperti ini bisa lebih diperketat, mengingat saat ini pengiriman paket bom marak. Jangan sampai paket-paket bom seperti itu lolos ke dalam gedung DPR. "Kita harapkan kewaspadaan semua orang di lingkungan DPR ini lebih ditingkatkan," ujarnya.

Sebagai informasi lantai empat gedung Nusantara III adalah tempat dimana para pimpinan DPR berkantor diantaranya Anis Matta dan Taufik Kurniawan. Sementara Marzuki Alie, Priyo Budi Santoso, Pramono Anung di lantai 3. Selain pimpinan DPR, gedung Nusantara III juga dihuni oleh pimpinan MPR dan DPD.

Secara terpisah, Zannuba Arifah Chafsoh (Yenny Wahid) juga sempat dilapori staf-stafnya di Wahid Institute soal kedatanganm pria misterius di kantor lembaga yang didirikan mendiang Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tersebut. Satpam kantor di Jl. Amir Hamzah, Jakarta, yang merasa curiga sempat meminta tanda pengenal terhadap seseorang tak dikenal itu. Namun, yang bersangkutan mengelak dan buru-buru meningalkan lokasi.

"Ketakutan memang sudah terlanjur meluas, tapi bangsa ini tetap tidak boleh kalah oleh teror-teror yang ada, apapun motifnya," ujar Yenny Wahid, saat dihubungi, tadi malam. Menurut dia, agenda teror harus dilawan oleh seluruh elemen masyarakat. "Tetap tenang dan jangan mudah terpancing pula untuk ikut-ikutan melakukan tindak kekerasan terhadap apapun dan siapapun," imbuh putri alamarhum Gus Dur tersebut.

Aksi teror bom kembali marak beberapa hari terakhir. Salah satu perhatian tertuju pada lemahnya kinerja intelijen dalam mengantisipasi terjadinya teror tersebut. Menanggapi hal itu, Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha mengatakan akan ada evaluasi terhadap kerja intelijen.

"Tentu akan ada evaluasi terhadap apa yang dilakukan dalam sistem intelejen kita," kata Julian usai acara penyampaian SPT Tahunan di Kantor Pusat Ditjen Pajak, kemarin. Menurut dia, presiden sudah memberikan arahan pada saat sidang kabinet bahwa tugas lebih berat ada pada aparat intelijen. "Untuk bertindak dan mengidentifikasi lebih dini ancaman bom yang muncul," sambungnya.

Terkait dengan aksi teror bom di kawasan Kota Wisata, Cibubur, yang hanya berjarak satu kilometer dari kediaman SBY di Cikeas, menurut Julian, belum ada permintaan untuk memperketat pengamanan di Cikeas. "Dalam konteks pengamanan presiden, sudah ada protapnya (prosedur tetap). Ada SOP yang sudah menjadi acuan," kata Julian.

Menurut Julian, saat ini menjadi tugas aparat kepolisian dan intelijen untuk melakukan investigasi terhadap aksi teror dan ancaman yang mungkin terjadi. Dia juga meminta peran serta dari masyarakat jika mengetahui apabila ada hal-hal yang mencurigakan. "Tidak boleh dibiarkan ada hal yang mengusik rasa aman masyarakat. Itu yang dipesankan bapak presiden," tuturnya. (rdl/dyn/fal)

(JPNN : 19 Maret 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar